
Di balik mata teduh seorang gadis kecil bernama Adelia Ristiyani, tersimpan kisah getir yang tak banyak diketahui orang. Anak yang akrab disapa Adel ini lahir di Bogor pada 30 April 2011.
Usianya masih belia, namun langkah hidup yang ia lalui sudah begitu berat. Saat masih duduk di bangku kelas 4 SD, Adel harus menerima takdir dari Allah bahwa ayah yang ia cintai meninggal dunia karena sakit jantung.
Sang ayah yang hanya seorang tukang pijat dengan penghasilan pas-pasan, telah berjuang keras membiayai keluarganya. Namun, maut datang terlalu cepat, meninggalkan Adel kecil dalam kesedihan dan kesepian.
Tak lama setelah itu, ibunya memilih menikah lagi. Adel pun kehilangan sosok ibu yang semestinya menjadi sandaran hatinya. Ia sempat ikut kakaknya, seorang ibu rumah tangga sederhana yang juga hidup serba kekurangan. Namun karena sekolahnya masih di SDN Parung 02, Adel terpaksa harus tinggal seorang diri di rumah peninggalan ayahnya.
Bayangkan, di usianya yang masih sangat muda, Adel kerap menghabiskan hari-harinya sendiri tanpa kehadiran anggota keluarga inti sekalipun. Rumah yang dulu hangat dengan kehadiran ayah kini berubah menjadi sunyi. Sesekali, kakaknya datang membawa sedikit bekal agar Adel tidak kelaparan.
Tapi selebihnya, ia harus kuat menghadapi sepi dari orangtua dan keluarga. Meski hidupnya penuh kekurangan, Adel tidak menyerah. Ia dikenal sebagai anak yang pintar, dengan nilai rapor selalu di atas rata-rata 87. Ia bahkan pernah menjadi juara 2 lomba paskibra. Membuktikan bahwa mimpinya tak pupus meski hidupnya penuh luka.
Dalam diam, Adel bercita-cita besar. Kelak ia ingin menjadi dokter ahli bedah agar bisa menolong banyak orang. Namun takdir membawa langkahnya lebih jauh, ke jalan mulia yang mungkin tak pernah ia bayangkan. Jalan menghafal Al-Qur’an.
Kini, Adel adalah santri kelas 8 di Pesantren Khairukum. Sebuah pesantren yang didirikan dan dibina oleh Ruang Baik. Dengan ketekunan luar biasa, ia sudah berhasil menghafal lebih dari 6 juz Al-Qur’an. Sementara banyak remaja seusianya sibuk dengan gawai, permainan, dan hiburan.
Adel memilih mengisi hari-harinya dengan ayat-ayat Allah, tilawah, murajaah, dan pelajaran sekolah ia jalani dengan semangat.
Meski tubuh kecil, ia sudah kenyang dengan ujian kehidupan.
Kisah Adel bukan hanya cerita tentang seorang anak yatim. Ini adalah kisah tentang keteguhan, ketabahan, dan harapan. Dari seorang gadis kecil yang kerap hidup sendirian, kini ia menjadi penjaga kalam Allah.
Dari rumah sederhana yang penuh sepi, ia kini menemukan keramaian dan keluarga baru di Pesantren Khairukum yang didukung oleh Ruang Baik. Hari-hari Adel kini bukan lagi sekadar perjuangan bertahan hidup, melainkan perjuangan mengukir masa depan dengan ayat demi ayat Al-Qur’an.
Ia berjuang, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk membahagiakan ayahnya yang telah tiada, mengangkat derajat kakaknya, dan tentu, untuk meraih cita-cita besar yang ia impikan. Di balik sorot matanya yang teduh, tersimpan keyakinan kuat, Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.
Bahwa siapa pun yang berpegang teguh pada Al-Qur’an, tidak akan pernah tersesat.
==========
Adelia Ristiyani, merupakan santri Pesantren Khairukum Angkatan 5 atau kelas 8, merupakan penerima manfaat program Peduli Anak Yatim Ruang Baik dan telah menerima bantuan biaya pendidikan dan asrama sekaligus secara gratis sejak masuk pesantren hingga kelulusannya nanti.