Jika pengalaman adalah salah satu guru terbaik, maka menjadi guru adalah salah satu pengalaman terbaik. Ya, itulah susunan kata-kata yang membuat saya selalu termotivasi untuk tetap mencari dan menjalani pengalaman terbaik ini. Oh iya, perkenalkan nama saya Deudeu Maryani, saya kerap disapa deudeu, keseharian saya adalah mengajar Al-Qu’an, atau yang kebanyakan orang tau pekerjaan saya sebagai musyrifah atau ustadzah pondok.
Kebetulan pekerjaan ini sudah saya tekuni dari saya masih SMA, yang mana dulu itu saya sering gantikan umi pondok mengajar Al-qur’an di sekolah. Jiwa pendidik saya tumbuh sejak saat itu. Seiring berjalanya waktu, Alhamdulillah Allah memberikan banyak kesempatan untuk saya bisa mencari pengalaman mengajar di beberapa pondok. Dari masing-masing pondok banyak sekali hal-hal atau pelajaran-pelajaran berharga yang dapat saya ambil.
Di perjalanan masih mencari pengalaman, Allah takdirkan saya untuk mengajar di suatu pondok, yang mana pondok ini baru merintis, tepatnya di bulan agustus 2020 saya bergabung di Rumah Tahfidz Qur’an Khairukum binaan Yayasan Ruang Baik yang berada di sawangan, Depok.
Saya waktu itu menguatkan niat dan tekad, mudah-mudahan saya bisa menjalankan amanah ini dengan baik, amanah yang sangat bernuansa dakwah, dakwah untuk mengajarkan kalam-nya. Bismillah.....
Oh iya Rumah Qur’an ini didirikan khusus untuk yatim dan dhuafa yang usianya setara SMP dengan beasiswa full gratis 100%, yang mana khusus untuk putri saja. Karena melihat kondisi saat ini, banyak sekali anak sekolah yang baru menyelesaikan sekolah dasarnya dan mereka tidak lanjut sekolah atau pun mondok, dengan alasan terkendala biaya, apalagi anak-anak di pelosok sana, yang mayoritas setelah selesai sekolah dasar, mereka langsung kerja.
Maka, RTQ Khairukum hadir dalam rangka menyelamatkan generasi bangsa, terutama dalam agamanya.
Menjalani rutinitas keseharian saya sebagai musyrifah, banyak sekali pengalaman-pengalaman yang saya rasakan, baik itu pengalaman senang, sedih, perasaan galau, capek, bad mood dan perasaan-perasaan lainnya yang tidak bisa saya tuliskan seluruhnya. Karena menjadi Guru itu pilihan, sebuah panggilan dari hati seseorang, untuk menjadi apa dirinya untuk mengabdi dan menjadi apa dan untuk siapa kita berjuang.
Menjadi seorang guru bukan pilihan yang mudah ketika kita berada didalamnya. Ya, seperti ini rasanya. Perasaan yang sebenarnya wajar dan pasti dialami setiap orang. Tetapi di sisi lain, Akan selalu ada hal-hal yang membuat kita terkesan selama menjalaninya, dan itu akan menjadi sebuah kenangan yang sangat membekas.
Sedikit cerita pengalaman saya selama mengajar anak-anak di khairukum. Waktu 2 tahun, sudah sangat memberikan kesan banyak bagi saya untuk bisa mengenal dan memahami mereka. Karena masing-masing anak mempunyai karakter yang berbeda, cara pandang mereka, pergaulan mereka, sosial nya mereka dan lain sebagainya.
Ada sebagian dari mereka tipe nya individualis, ada juga yang sangat sosial banget. Yah seperti itulah memang gambaran utuh manusia. Saya membersamai mereka selama 24 jam, kalau mengajar Qur’an itu di jam-jam yang sudah ditentukan.
Dulu, mereka adalah anak-anak kecil yang mungkin bisa dibilang baru keluar sangkar ya, karena mereka saja menamatkan pendidikan SD. Kemudian mereka harus mondok dengan jauh dari orang tua. Saya rasa itu perjuangan terbesar mereka, bagaimana mereka melawan rasa sedih, sakit dan jauh dari orang tua. Tapi MasyaAllah, niat dan tekad mereka bagaikan para pejuang yang sudah siap dengan pertempuran melawan kebodohan.
Mereka adalah tentara-tentara kecil yang siap bertempur di medan perang, apalagi jalan tempur yang akan mereka lewati sangatlah tidak mudah, karena musuhnya bukanlah orang lain, melainkan diri mereka sendiri.
Berawal dari sebuah keinginan, perjuangan mereka yang luar biasa untuk menghafal Al Qur’an sangatlah tinggi. Dulu, ada sebagian dari mereka yang masih baca iqro, bacaan masih terbata-bata, panjang-pendek masih keliru, huruh-huruf hijaiyah masih banyak yang tertukar dan lain sebagainya. Tetapi hal itu tidaklah membuat mereka mundur untuk tetap berjuang. Mereka yang sabar, tekun dan gigih tetap ada dalam barisan perjuangan, karena saya sering katakan “Maju sebagai pejuang, atau mundur sebagai pecundang”.
Setiap anak punya cerita perjuangan ngafalnya masing-masing. Ada anak yang sering nangis karena susahnya ngafal, sering down, sakit, bosen dan masih banyak lagi. Namun, mau tidak mau mereka harus bisa melewati semua itu, dan mereka harus tahan. Pada akhirnya mereka bisa melewati semua rintangan itu.
Ada satu anak yang membuat saya suka terharu melihat perjuangan hidupnya. Anak ini berasal dari luar pulau nan jauh disana. Dari Kota Palu tepatnya. Dibalik kesuksesannya saat ini karena sudah hafal 30 juz Al Quran, ada kenangan pahit yang tak kan pernah ia lupakan, dan kejadian ini serasa membuat hidupnya tak berarti lagi.
Ia berasal anak broken home, tinggal bersama dengan ibunya, dan punya satu adik. Sejak kecil, ia tidak merasakan kasih sayang dari ayahnya, ia hidup hanya dengan ibunya. Sedangkan adiknya itu dibawa oleh ayahnya. Tak selang berapa tahun, ia dipertemukan kembali dengan ayahnya, namun bukan untuk tinggal bersama, melainkan hanya pertemuan jarak jauh. Rasa sedih dan bahagia yang ia rasakan saat itu.
Singkat cerita, tak selang berapa lama ia kenal ayahnya, ia mulai merasakan kasih sayang ayahnya begitu tulus dan ia pun mulai menyayangi ayah nya. Suatu waktu, ayahnya meminta ia untuk mondok, dan ia pun mengiyakan tanpa membantah. Semua urusan pondok ayahnya serahkan ke adiknya (bibi nya anak ini) yang kebetulan beliau tinggal di daerah dekat pondok. Akhirnya sampailah anak ini di pondok (Asrama RTQ Khairukum) dan menjalankan aktivitas pondok seperti anak-anak lainya.
Anaknya MaasyaAllah. Pinter, dewasa, baik, bisa membimbing dan cepat hafalanya. Ia termasuk anak yang selesai cepat hafalannya. Ia selesai menghafal Qur’an 30 juz dengan kurun waktu 1 tahun 8 bulan.
Selama di pondok, ia sering komunikasi dengan ayahnya, dan tidak lupa ayahnya yang selalu mensupport dalam segala hal. Baik dalam memberikan materi atau motivasi untuk melanjutkan sekolah. Pokoknya sampai ia jadi anak sukses. Semangat yang ia pupuk selama ini merupakan support penuh dari ayahnya.
Sampai pada suatu waktu, Agustus 2021 lalu tepatnya. Saya terima kabar dari ibunya bahwa ayahnya anak ini meninggal dunia. Saya kaget bukan kepalang. Merasakan sedih yang luar biasa. Akan seperti apa nanti responnya ketika ia tau sang motivator utamanya, Ayahnya, sudah tidak ada lagi.
Akhirnya. Dengan berat hati. Lirih saya sampaikan berita itu di dekatnya. Seketika anaknya nangis histeris, saya langsung peluk, seraya merasakan apa yang ia rasakan. Baru saja bertemu namun harus berpisah lagi. Sedihnya lagi, ia pun tak bisa lihat jenazah sang ayah, karena perjalanan yang jauh dan juga saat itu kondisi pandemi sedang tinggi-tingginya. Bertambahlah kesedihannya.
Selang berapa lama, ia sudah mengikhlaskan kepergian sang ayah, dan ia berjanji akan menghadiahkan 30 juz hafalan Qur’an untuk ayahnya. MaasyaAllah sekarang kamu sudah realisaikan janji itu nak, janji dari seorang anak untuk sang ayah. Setiap huruf yang ia baca, ia hadiahkan sebagai hadiah terbaik untuk ayahnya disana, semoga bisa menjadi penerang sampai kiamat nanti Aamiin yaa Rabbal ‘Aalamiin...
Itulah penggalan cerita menarik dari kisah sebagian anak santri khairukum. Sebenarnya masih banyak cerita-cerita menarik lainnya dari masing-masing anak. Mudah-mudahan dapat sharing di lain kesempatan. Dibalik senyum bangga mereka saat ini, karena sudah menyelesaikan hafalan, ternyata tersimpan banyak cerita suka maupun duka yang hanya bisa mereka goreskan dalam diary harian mereka.
Ya, seperti itulah perjuangan, semuanya membutuhkan pengorbanan. Berkorban rasa dan raga sudah pasti, tapi semua tidak ada yang sia-sia nak, pengorbanan dan perjuanganmu sudah Allah bayarkan dengan selesainya hafalanmu dan janji-janji-nya Allah bagi mu.
Tepat pada hari sabtu, 29 Oktober 2022 kemarin, kita melaksanakan wisuda 30 juz. Ada 11 santriwati yang di wisuda, semuanya memakai selempang dan juga mahkota. Rasa senang dan bangga, terpancar dari wajah-wajah mereka. Hasil dari sebuah perjuangan jerih payah pun akan sampai pada titik penghargaan untuk mu akan diberikan. Tapi ketahuilah penghargaan dari Allah diakhirat nanti akan lebih indah.
Barakallah nak, terimakasih sudah berjuang sampai detik ini. Meskipun kalian lelah namun kalian tak pernah menyerah. Titip nak, jaga hafalanmu, karena kehidupan seorang penghafal Qur’an itu akan ditentukan dengan bagaimana hafalanya. Ketika kau jaga, maka akan terjaga pula hidupmu. Karena sejatinya, ketika hafalanmu selesai, disitu ada perjanjian antara kamu dengan Allah. Ajarkan dan amalkan apa yang telah kamu tau dari Al-Qur’an dan jadilah kamu sebaik-baik manusia.
oleh: Deudeu Maryani
Musyrifah RTQ Khairukum